Selasa, 02 Februari 2016

sastra

harapan dalam judul


Kisah ini saya pikir tidak pantas saya untuk kuluapkan dalam kertas putih yang dibaluti dengan tinta biru , tapi inilah kisah saya.
Hampir sudah 3tahun kuhidup bersama dengan seorang tante tanpa di dampingi oleh orang tua. Awalnya sifat baik itu selalu saja ia perlihatkan , sikap lemah lembut ,penyayang dan perhatiannya dalam merawatku. Namun,hal itu hanya bertahan seumur jagung, seiring dentikan jarum jam sifat itupun berubah, bagaikan sebuah busur yang arahnya 180 derajat. Sering kali kepala ini bekerja sama dengan otak ini untuk memikirkan hal tersebut. Tapi hati ini yakin bahwa ada hal yanga akan saya dapat nantinya meski dirinya berubah.
Pagiku selalu di hidangkan sebuah ocehan kasar bahkan ocehan yang sering kali  membuat mata ini menitihkan air , namun ada hal yang membuat batin ini harus terus bersabar dan yakin bahwa ini hanya sementara.
Sebuah kata bahkan kalimat yang tidak sepantasnya aku dengar dan bahkan tidak pantas membuat hati ini luka tanpa darah selalu menjadi lauk disarapanku.  Kata-kata yang hampir tidak pernah di lontarkan oleh bibir manis ayah dan ibuku kini kudengar melalui bibir si gadis perawan tua yang rumahnya kutinggali untuk sementara berteduh sembari ku menuntut pendidikan disekolah adiwiyata ini. Hal ini ku jalani karna kuhadir , ku berusaha dank u berdoa hanya 1 tujuan yang mungkin tujuan ini sama dengan kalian semua yakni hanya untuk membanggakan ke2 orang tua.  Meski hanya jarak 5 jari yang  menghalangi jarakku dengan malaikat duniaku namun hati kecil ini sering kali merasakan rindu.

Berpindah dari kisah bersama si gadis perawan tua, kini ku lanjutkan dengan kisah yang pasti kalian tidak pernah percaya , toh kalian percaya pasti hanya beberapa persen sja.  Ini bukan sikap ria saya dan bukan pula cerita fiktif belaka.
Malam itu ku pandangi sebuah awan hitam yang diterangi oleh bintang yang bertaburan, ku mulai termenung,dan menikmati indahnya tabran bintang itu. Kulangkahkan kaki ini menuju bilik kecil tempat kubaringkan tubuh ini namun tidak lupa tidurku ku iringi dengan doa.
Perlahan bunga tidur menghampiri tidur nyenyakku , jari jemari ini terasa dingin , namun ini adalah sebuah bunga tidur yang mungkin ada orang yang ingin mendapatinya namun sulit untuk ia dapati, kini bunga tidur ini membawaku menjelahi alam ini, tempat ini baru pertama kali ku lihat meski hanya lewat sebuah bunga tidur , hati ini merasa takjub jari jemari ini semakin terasa dingin, bungatidur itu membawaku melihat sebuah kota mekkah dan langsung mengahantarkanku ke depan hajar aswad yang begitu besar yang dikelilingi dengan emas .Apakah pertanda dari sebuah bunga tidurku ini?, aku enggan untuk menceritakan hal ini kepada malaikat duniaku, dan smpai kuterbangun ,tubuh ini begitu lunglai untuk melaksanakan shalat 2rakaat itu, entah kenapa pula di sujud terkhirku ku menitihkan air mata , kembali ku berpikir mungkin sang pencipta telah membuatkan ku tempat terindahku di sna dan mungkin pula ini adalah hari terkhirku hidup bersama dengan malaikat duniaku, tapi ku cba untuk berpikir positif terhdp mimpi itu , dan terus kulntukngkn doa-doaku ” ya allah kalu memang ini adalah shalat terakhirku, baiklah akan ku siapkan diri ini untuk bertemu denganmu , namun ku meminta kepadamu ya allah , apabila ku berada diujung sakratul mautku ku ingin melihat ayah ibuku tersenyum lepas dan mengihlaskan ku menuju tempat terindahmu , jagalah mereka , lindungilah mereka dan panjangkanlah umur mereka karna ku yakin engkau pasti mempunyai rencana dibalik sebuah kejadian ini “. Hari-hari setelah bunga tidur itu menghantuiku , entah kenapa perilaku dan sikap tubuh ini berubah secara perlahan , seringkali kuberpikir aneh tapi mungkin ini hidayah dari sang penciptaku, mungkin kalian merasa ini tidak benar bahkan hanya goresan kebohongan namun saya percya bahwa ini adalah hal  terindah yang allah kirimkan lewat bunga tidurku , dan bahkan pula ini teguran atas perbuatan ku yang sering kali ku melupakannya.